Yooo... ayooo... ayoo Indonesiaaaa... uooo ooooo.. kita pasti menang.....
Yooo.. ayooo.. ayo Indonesiaaa.. uoooo oooo.. kita pasti menaaaangg...
Indonesiaaa.. #kleng #kleng #kleng #klenggg
Indonesiaa.. #kleng #kleng #kleng #kleeeeng
Ahhh.. terbayang kembali bagaimana hiruk pikuk, gegap gempita para penonton di Gelora Bung Karno (GBK) kala aye melihat langsung pertandingan Timnas Indonesia saat itu melawan Korea Selatan saat perhelatan Piala Asia digelar di Jakarta.
Lagu penyemangat tersebut pasti akan selalu dinyanyikan oleh lebih dari 80.000 penonton di dalam stadion GBK, belum lagi lagu-lagu penyemangat yang lain, a la Indonesian Supporter, ciptaan sendiri, simple, berisik, dan pasti membangkitkan semangat. Terbukti koq, setiap main di GBK, Timnas seperti selalu punya semangat tambahan di saat mereka seperti sudah akan lelah dan menyerah.
Baru-baru ini tentu hampir semua rakyat Indonesia kembali bergairah untuk menonton sepakbola Timnas melawan tim-tim kuat di seluruh Asia guna memperebutkan tiket putaran Final Piala Dunia. Lawan pertama sudah dilewati, Turkmenistan namanya. Ya, hampir saja Indonesia gagal melangkah ke babak selanjutnya andai Turkmenistan berhasil menjaringkan 1 bola lagi ke dalam gawang Indonesia yang dikawal Roni Rotinsulu. Satu stadion GBK mendadak menjadi sunyi setelah dalam waktu 15 menit terakhir Turkmenistan berhasil menjaringkan 3 gol ke gawang Roni Rotinsulu. Saya yakin penonton televisi juga menjadi "deg-degan" melihat gelagat itu. Apalagi injury time yang diberikan wasit sampai 4 menit!!
Bahkan sampai M.Ridwan harus menerima kartu kuning karena menurut wasit utama asal negeri Kanguru, Benjamin Williams, sengaja mengulur-ngulur waktu saat hendak mengambil free throw di sisi lapangan.
Syukurlah sampai wasit meniup peluit panjang berakhir, skor akhir tetap 4-3 untuk kemenangan Indonesia. Alhamdulilah, puji Tuhan :D. "fiuhh,untuuung aje ye mas menang..beknya pada payah tuh..letoy semua.perlu latihan narik kayak saya kali yak", sahut seorang tukang becak yang ikut nonton laga tersebut lewat layar kaca.
Menurut aye sih, banyaknya gol yang bersarang pada saat-saat akhir pertandingan tidak melulu karena faktor kelelahan. Banyak faktir terlibat di dalamnya, dan yang utama adalah faktor mental bertanding. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Ditariknya kapten sekaligus playmaker sekaligus jangkar midfielder, Firman Utina oleh Tony Sucipto, saat Indonesia sudah unggul 4-0. Ternyata bung, pengaruh ini pemain di lini tengah Indonesia memang tiada duanya. Kharismanya sebagai kapten ternyata juga belum bisa digantikan wakil kapten, Boaz Salosa;
2. Dimasukkannya Okto justru disiasiakan oleh pemain yang bersangkutan. Ia sering melakukan percobaan drible melewati sampai 3 pemain dan gagal, 2 pemain masih gagal, lama-lama 1 pemainpun gagal, sementara "setingan" formasi sudah ditetapkan, disaat formasi menyerang, bola direbut lawan dan lawan melakukan counter attack (kalau di basket namanya fastbreak) dan kacaulah formasi;
3. Ya kelelahan itu sendiri yang bikin bek pada males lari. apalagi Nasuha yang memang naluri menyerangnya cukup tinggi pada akhirnya cepat habis dan lelah ketika dituntut menjadi posisi aslinya, pemain bertahan, pada menit-menit akhir pertandingan. Nasuha adalah salah satu pemain favorit saya, karena ia rajin sekali membantu menyerang, gocekan dan pace-nya pun ciamik. Cuma ya itu, kalau sudah di akhir-akhir menit pertandingan ia sering kepayahan.
4. Faktor utama menurut aye, yaitu mental bertanding. Setelah menang 4-0 terlihat sekali banyak pemain yang meremehkan Turkmenistan dan bermain santai. Bahkan ketika kedudukan berubah menjadi 4-1, bukannya semakin waspada, malah semakin lembek. Meski pemain lawan berkurang satu karena kartu merah, tetap saja Timnas tidak makin waspada, ya mungkin karena kaptennya diganti jadi begitu. Mungkin juga gabungan semua faktor yang sya sebut di atas itu.
Bicara mengenai mental, mungkin kita bisa contoh Jepang. Ya kita semua tahu siapa itu Jepang, orang-orangnya sangat disiplin dan ulet. Tapi bukan Timnas Jepangnya yang mau aye bicarakan, melainkan Timnas Jepang Wanita-nya yang baru saja memenangkan Piala Dunia Wanita ke-6 di Jerman. Tentu, sepeti laiknya Tim-Tim dari Asia, Jepang tidak diperhitungkan sebagai kandidat juara. Apalagi diselenggarakan oleh tuan rumah Jerman yang sudah dua kali berturur-turut memenangkan Piala Dunia Wanita pada 2003 di Amerika Serikat dan 2007 di China. Ternyata Timnas Wanita Jepang mampu menjadi tim dari Asia pertama yang menjuarai FIFA Women's World Cup 2011.
DI final Jepang mengalahkan juara dunia 2 kali, Amerika Serikat. Mungkin sebelumnya Timnas Wanita Jepang tidak terpikirkan sama sekali akan juara, semi final-pun rasanya tidak terpikirkan oleh mereka. Tapi tahu gak apa yang bisa membuat mereka juara?
Konon katanya, pelatih Timnas Wanita Jepang, Norio Sasaki, punya cara tersendiri menyemangati timnya. Norio selalu mengingatkan semua pemainnya akan tragedi gempa bumi dan Tsunami yang merontokkan Jepang bulan Maret silam. Semangat memberi hadiah pada korban bencana tersebut membuat mereka bermain all out. Setiap malamnya seluruh pemain disuguhi tayangan-tayangan menyedihkan bencana gempa bumi dan Tsunami yang melanda negaranya tersebut. Semua pemain pasti menangis saat diputar tayangan tersebut.
Akhirnya di lapangan semangat menang begitu menggebu. Bukan hanya niat juara yang dikejar, tetapi semangat untuk menghibur para korban bencana-lah yang selalu ada di benak mereka. Kekalahan pastinya hanya akan membuat para korban tersebut tambah menderita. Hasilnya tentu kita semua sudah tahu, Jerman, sang juara dua kali Piala Dunia Wanita berhasil dikalahkan. Jerman yang sangat diunggulkan kembali juara ketiga kalinya secara berurutan karena bermain di kandang sendiri dibuat tak berkutik di tangag Jepang. Tentu sulit dipercaya bagi Jerman yang di atas kertas, baik kualitas teknik individu, pelatih, mental, sampai dukungan penonton penuh, dapat dikalahkan oleh semangat warior wanita Jepang.
Pada langkah berikutnya, di semifinal, Jepang lagi-lagi dapat mengandaskan tim kuat Swedia. Swedia pernah juara Piala Dunia Wanita sekali pada tahun 1995. Lalu pada babak final Jepang mengalahkan Amerika Serikat lewat adu penalti.
Jepang mampu bangkit dua kali dari ketinggalan sebelum memaksakan adu pinalti. Amerika Serikat unggul terlebih dahulu melalui Morgan. Jepang memaksakan pertandingan dilanjutkan melalui masaperpanjangan waktu ketika Miyama menjebol gawang Amerika di menit ke-81. Amerika kembali unggul melalui gol Wambach di babak pertama masa perpanjangan waktu. Jepang bahkan harus bermain dengan 10 orang setelah bek Azusa Iwashimizu diusir wasit di menit 121, namun mereka sanggup bertahan dan memaksa pertandingan ditentukan lewat adu penalti. Jepang lolos dari kekalahan setelah tendangan Homare Sawa kembali menjebol gawang Amerika ketika pertandingan tersisa tiga menit lagi.
Mungkin, banyak yang menganggap kemenangan Jepang untuk menjuarai Piala Dunia Wanita adalah keajaiban sepakbola. Tapi buat aye, tak ada yang tak mungkin lagi sepanjang mau mencoba, dan Timnas Wanita Jepang telah membuktikannya tuh. Memompa motivasi para pemain dengan memutar tayangan bencana di negerinya yang baru saja terjadi ternyata efektif dan berhasil. Tentu cara itu nyeleneh dan belum tentu berhasil, cuma sudah ada 1 contoh yang berhasil kan? hehe.
Aye pikir jangan-jangan nanti Timnas Jepang ikut-ikutan cara yang sama lagi di kualifikasi Pra Piala Dunia sekarang, terus curiga Uzbekistan, Suriah, dan Korea Utara bakal dibantai Jepang minimal 3-0 :D.
Mungkin gak ya cara seperti itu diterapkan untuk Timnas Indonesia di Pra Piala Dunia kali ini? Lalu cara apa yang kira-kira bisa membuat para pemain Timnas Indonesia bisa beringas di lapangan dan selalu bersemangat sampai peluit panjang tanda pertandingan berakhir dibunyikan?
Yooo.. ayooo.. ayo Indonesiaaa.. uoooo oooo.. kita pasti menaaaangg...
Indonesiaaa.. #kleng #kleng #kleng #klenggg
Indonesiaa.. #kleng #kleng #kleng #kleeeeng
Ahhh.. terbayang kembali bagaimana hiruk pikuk, gegap gempita para penonton di Gelora Bung Karno (GBK) kala aye melihat langsung pertandingan Timnas Indonesia saat itu melawan Korea Selatan saat perhelatan Piala Asia digelar di Jakarta.
Lagu penyemangat tersebut pasti akan selalu dinyanyikan oleh lebih dari 80.000 penonton di dalam stadion GBK, belum lagi lagu-lagu penyemangat yang lain, a la Indonesian Supporter, ciptaan sendiri, simple, berisik, dan pasti membangkitkan semangat. Terbukti koq, setiap main di GBK, Timnas seperti selalu punya semangat tambahan di saat mereka seperti sudah akan lelah dan menyerah.
Baru-baru ini tentu hampir semua rakyat Indonesia kembali bergairah untuk menonton sepakbola Timnas melawan tim-tim kuat di seluruh Asia guna memperebutkan tiket putaran Final Piala Dunia. Lawan pertama sudah dilewati, Turkmenistan namanya. Ya, hampir saja Indonesia gagal melangkah ke babak selanjutnya andai Turkmenistan berhasil menjaringkan 1 bola lagi ke dalam gawang Indonesia yang dikawal Roni Rotinsulu. Satu stadion GBK mendadak menjadi sunyi setelah dalam waktu 15 menit terakhir Turkmenistan berhasil menjaringkan 3 gol ke gawang Roni Rotinsulu. Saya yakin penonton televisi juga menjadi "deg-degan" melihat gelagat itu. Apalagi injury time yang diberikan wasit sampai 4 menit!!
Bahkan sampai M.Ridwan harus menerima kartu kuning karena menurut wasit utama asal negeri Kanguru, Benjamin Williams, sengaja mengulur-ngulur waktu saat hendak mengambil free throw di sisi lapangan.
Syukurlah sampai wasit meniup peluit panjang berakhir, skor akhir tetap 4-3 untuk kemenangan Indonesia. Alhamdulilah, puji Tuhan :D. "fiuhh,untuuung aje ye mas menang..beknya pada payah tuh..letoy semua.perlu latihan narik kayak saya kali yak", sahut seorang tukang becak yang ikut nonton laga tersebut lewat layar kaca.
Menurut aye sih, banyaknya gol yang bersarang pada saat-saat akhir pertandingan tidak melulu karena faktor kelelahan. Banyak faktir terlibat di dalamnya, dan yang utama adalah faktor mental bertanding. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Ditariknya kapten sekaligus playmaker sekaligus jangkar midfielder, Firman Utina oleh Tony Sucipto, saat Indonesia sudah unggul 4-0. Ternyata bung, pengaruh ini pemain di lini tengah Indonesia memang tiada duanya. Kharismanya sebagai kapten ternyata juga belum bisa digantikan wakil kapten, Boaz Salosa;
2. Dimasukkannya Okto justru disiasiakan oleh pemain yang bersangkutan. Ia sering melakukan percobaan drible melewati sampai 3 pemain dan gagal, 2 pemain masih gagal, lama-lama 1 pemainpun gagal, sementara "setingan" formasi sudah ditetapkan, disaat formasi menyerang, bola direbut lawan dan lawan melakukan counter attack (kalau di basket namanya fastbreak) dan kacaulah formasi;
3. Ya kelelahan itu sendiri yang bikin bek pada males lari. apalagi Nasuha yang memang naluri menyerangnya cukup tinggi pada akhirnya cepat habis dan lelah ketika dituntut menjadi posisi aslinya, pemain bertahan, pada menit-menit akhir pertandingan. Nasuha adalah salah satu pemain favorit saya, karena ia rajin sekali membantu menyerang, gocekan dan pace-nya pun ciamik. Cuma ya itu, kalau sudah di akhir-akhir menit pertandingan ia sering kepayahan.
4. Faktor utama menurut aye, yaitu mental bertanding. Setelah menang 4-0 terlihat sekali banyak pemain yang meremehkan Turkmenistan dan bermain santai. Bahkan ketika kedudukan berubah menjadi 4-1, bukannya semakin waspada, malah semakin lembek. Meski pemain lawan berkurang satu karena kartu merah, tetap saja Timnas tidak makin waspada, ya mungkin karena kaptennya diganti jadi begitu. Mungkin juga gabungan semua faktor yang sya sebut di atas itu.
Bicara mengenai mental, mungkin kita bisa contoh Jepang. Ya kita semua tahu siapa itu Jepang, orang-orangnya sangat disiplin dan ulet. Tapi bukan Timnas Jepangnya yang mau aye bicarakan, melainkan Timnas Jepang Wanita-nya yang baru saja memenangkan Piala Dunia Wanita ke-6 di Jerman. Tentu, sepeti laiknya Tim-Tim dari Asia, Jepang tidak diperhitungkan sebagai kandidat juara. Apalagi diselenggarakan oleh tuan rumah Jerman yang sudah dua kali berturur-turut memenangkan Piala Dunia Wanita pada 2003 di Amerika Serikat dan 2007 di China. Ternyata Timnas Wanita Jepang mampu menjadi tim dari Asia pertama yang menjuarai FIFA Women's World Cup 2011.
DI final Jepang mengalahkan juara dunia 2 kali, Amerika Serikat. Mungkin sebelumnya Timnas Wanita Jepang tidak terpikirkan sama sekali akan juara, semi final-pun rasanya tidak terpikirkan oleh mereka. Tapi tahu gak apa yang bisa membuat mereka juara?
Konon katanya, pelatih Timnas Wanita Jepang, Norio Sasaki, punya cara tersendiri menyemangati timnya. Norio selalu mengingatkan semua pemainnya akan tragedi gempa bumi dan Tsunami yang merontokkan Jepang bulan Maret silam. Semangat memberi hadiah pada korban bencana tersebut membuat mereka bermain all out. Setiap malamnya seluruh pemain disuguhi tayangan-tayangan menyedihkan bencana gempa bumi dan Tsunami yang melanda negaranya tersebut. Semua pemain pasti menangis saat diputar tayangan tersebut.
Akhirnya di lapangan semangat menang begitu menggebu. Bukan hanya niat juara yang dikejar, tetapi semangat untuk menghibur para korban bencana-lah yang selalu ada di benak mereka. Kekalahan pastinya hanya akan membuat para korban tersebut tambah menderita. Hasilnya tentu kita semua sudah tahu, Jerman, sang juara dua kali Piala Dunia Wanita berhasil dikalahkan. Jerman yang sangat diunggulkan kembali juara ketiga kalinya secara berurutan karena bermain di kandang sendiri dibuat tak berkutik di tangag Jepang. Tentu sulit dipercaya bagi Jerman yang di atas kertas, baik kualitas teknik individu, pelatih, mental, sampai dukungan penonton penuh, dapat dikalahkan oleh semangat warior wanita Jepang.
Pada langkah berikutnya, di semifinal, Jepang lagi-lagi dapat mengandaskan tim kuat Swedia. Swedia pernah juara Piala Dunia Wanita sekali pada tahun 1995. Lalu pada babak final Jepang mengalahkan Amerika Serikat lewat adu penalti.
Jepang mampu bangkit dua kali dari ketinggalan sebelum memaksakan adu pinalti. Amerika Serikat unggul terlebih dahulu melalui Morgan. Jepang memaksakan pertandingan dilanjutkan melalui masaperpanjangan waktu ketika Miyama menjebol gawang Amerika di menit ke-81. Amerika kembali unggul melalui gol Wambach di babak pertama masa perpanjangan waktu. Jepang bahkan harus bermain dengan 10 orang setelah bek Azusa Iwashimizu diusir wasit di menit 121, namun mereka sanggup bertahan dan memaksa pertandingan ditentukan lewat adu penalti. Jepang lolos dari kekalahan setelah tendangan Homare Sawa kembali menjebol gawang Amerika ketika pertandingan tersisa tiga menit lagi.
Mungkin, banyak yang menganggap kemenangan Jepang untuk menjuarai Piala Dunia Wanita adalah keajaiban sepakbola. Tapi buat aye, tak ada yang tak mungkin lagi sepanjang mau mencoba, dan Timnas Wanita Jepang telah membuktikannya tuh. Memompa motivasi para pemain dengan memutar tayangan bencana di negerinya yang baru saja terjadi ternyata efektif dan berhasil. Tentu cara itu nyeleneh dan belum tentu berhasil, cuma sudah ada 1 contoh yang berhasil kan? hehe.
Aye pikir jangan-jangan nanti Timnas Jepang ikut-ikutan cara yang sama lagi di kualifikasi Pra Piala Dunia sekarang, terus curiga Uzbekistan, Suriah, dan Korea Utara bakal dibantai Jepang minimal 3-0 :D.
Mungkin gak ya cara seperti itu diterapkan untuk Timnas Indonesia di Pra Piala Dunia kali ini? Lalu cara apa yang kira-kira bisa membuat para pemain Timnas Indonesia bisa beringas di lapangan dan selalu bersemangat sampai peluit panjang tanda pertandingan berakhir dibunyikan?